Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Film : "The Countess"

Sebuah film Jerman-Perancis yang mengisahkan perjalanan hidup  Countess Bathory Erzebet  (1560-1614), dilihat dari sudut pandang kekasih yang amat mencintainya, Istvan Thurzo. " History is a tale made by victors ", begitulah ia membuka ceritanya. Film yang mengambil setting Hungaria pd abad 15-an ini dibintangi, disutradarai, dan diproduseri oleh orang yang sama : Julie Delpy. Kalau dilihat dr trackrecordnya, mbaknya memang luar biasa sih. Erzebet lahir dr keluarga bangsawan yg masa itu sangat dimuliakan dan dianggap suci (bahkan ajaran katholik saat itu menganggap setiap bangsawan sudah pasti masuk surga). Sejak kecil ia dididik unt menjadi perempuan yang "tidak berperasaan", tidak punya rasa takut dan belas kasihan, namun selalu ingin tahu. Ia seringkali diajak orang tuanya unt menyaksikan penyiksaan dan pembunuhan para budak yg dinilai bersalah. Hidupnya sudah diatur sedari kecil. Ia menikah pada usia 15 th dg seorang bangsawan yg kaya ray

Film : "BANDA", pala, dan mas Reza (wkwkwk)

Saya  mau mohon ampun dulu nih kalau judul tulisan ini agak ngawur hehe. Tapi semoga sudah bisa menebak ya saya akan bercerita apa?. Banda, pala, dan mas Reza (rahadian) : Tiga suku kata yang cukup mewakili film yang saya tonton 4 hari yang lalu berjudul BANDA : The Dark Forgotten Trail. Pertama-tama saya mau cerita dulu perjuangan saya untuk menonton film ini. Bermula dari undangan seorang teman, saya berkesempatan untuk menonton sejenis “gala premier” film ini di akhir bulan July. Namun karena saat itu saya sedang banyak kerjaan, sayapun mengurungkan keinginan saya untuk ikut nonton. Saya memutuskan menunggu datangnya Agustus, tanggal 3, yang konon akan menjadi tanggal resmi pemutaran film di bioskop-bioskop Indonesia. Seminggu setelah kejadian itu, saya mengecek website CGV yang ada di Depok, sedih, karena film ini tidak di putar. Saya cari di Jakarta, ndilalah nemunya di Grand Indonesia dengan harga 75.000 banget. Cari di XXI, lho gak ada juga di Depok. Saya pun berpikir

Kisah Orang yang Tak Bersetia

Cuplikan salah satu cerpen dalam buku "Dua tangisan pada satu malam", karya Puthut EA. Malaga , lelaki berpunggung terbuka, ini malam pada hitungan tak terhingga, ketika kau sungkurkan tubuhmu di pangkuanku –sehingga benar-benar kuhapal peta punggungmu—napas pedih menyebar di kedua pahaku, semenjak itu aku sangat tahu, Malaga ... ada suatu saat di dalam hidup ini yang pantas kita ingat, bukan karena sedih dan gembira, bukan karena berkah dan petaka. Suatu saat yang pantas diingat tanpa alasan-alasan, tak butuh segala penjelasan. Di depanku membentang selat yang seram, di kedalamannya yang tak tertembus cahaya, sebuah kerajaan berdiri tanpa keriangan, di sana, mungkin, segala kapal yang karam berkumpul. Senja yang memerahi tubuhmu adalah sebuah senja yang sengit. Dan, aku tahu, kepergianmu tanpa kepulangan. Selat yang seram itu pasti menggulungmu. Aku tidak menangis,   Malaga, sebab perempuan sepertiku sudah semenjak kecil tidak dibiasakan dengan tangisan dan tert

Pak Harto dan jasanya

Kemarin saya tiba-tiba nangis setelah melihat buku tesis saya selesai dijilid di tempat fotokopian. Mungkin ini berlebihan atau lebay. Tetapi entahlah, saya begitu haru-biru mengingat-ingat betapa Allah sangat menyayangi saya selama ini. Perjuangan selama kurang lebih satu tahun ini akan segera selesai. InsyaAllah semua suka duka selama menjalaninya sudah terbayarkan. Alhamdulillah...alhamdulillah.... Semua ini tidak pernah lepas dari campur tangan Allah. Selalu saja Ia kirimkan berbagai macam jalan keluar saat diri ini tidak tahu harus memohon bantuan kepada siapa lagi :(. Hal paling berkesan bagi saya adalah ketika saya menuliskan halaman persembahan. Hampir semua teman-teman mungkin menuliskan nama orang tua atau keluarga mereka, saya pun melakukannya ketika menulis skripsi dulu. Namun untuk tesis ini, saya menuliskan hal yang berbeda : Tesis ini saya persembahkan untuk guru SD saya, Bapak (Alm) R.Soeharto yang telah berjasa menanamkan nilai perjuangan di awal-aw

Menikah

Saya mungkin termasuk kelompok yang sudah kebal dengan pertanyaan-pertanyaan “kapan nikah?” yang sudah sangat sering saya dengar di telinga saya. Baik menjelang lebaran, momen bertemu teman lama, bahkan dalam perbincangan sehari-hari. Semua orang seakan-akan bersepakat pada satu hal yang sama : “Kami ingin segera melihat Rosi menikah”. Beruntung sekali berada di lingkungan teman-teman yang amat peduli pada saya. Tetapi di satu sisi mungkin mereka tidak cukup tahu dengan apa yang saya alami selama ini. Banyak yang mengatakan bahwa saya adalah orang yang “ picky ”, saya judes sama laki-laki, cuek, tidak peka dan sebagainya. Saking banyaknya yang mengatakan seperti itu, saya introspeksi diri juga akhirnya : apa iya?. Dan mau tidak mau, dalam beberapa hal saya memang harus mengakuinya. Namun, saya menyadari bahwa semua itu saya lakukan karena saya memiliki alasan. Ya, saya mengenal diri saya sendiri. Meski saya terlihat sebagai orang yang ekstrovert, tetapi semua test menyat