Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Ruang Penerimaan

Entah, siapa yang pertama kali bilang ini, tapi aku setuju sekali, bahwa menggenap adalah saat untuk berhenti membanding-bandingkan. Membandingkan keluarga, membandingkan kondisi kita dengan pasangan lain, dan yang tak juga kalah pentingnya; membandingkan pasangan kita dengan standar kita sendiri. Bukan, bukan berarti harus menurunkan standar. Hanya saja, menggenap berarti memperluas ruang penerimaan kita. Biarkan apa-apa yang belum sesuai dengan standa r itu menghuni ruang penerimaan, untuk kemudian perlahan demi perlahan, ruang penerimaan itu akan mengkondisikannya untuk terus memperbaiki diri dengan sukarela. Bukan dengan keterpaksaan yang menimbulkan tekanan. Bahkan jikapun pada akhirnya dia tak bisa berubah, tetap di bawah standar yang kita harapkan, setidaknya ruang penerimaan selalu menawarkan kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan yang tersembunyi pada dua kata; apa adanya. Sebagaimana aku selalu berusaha untuk menerima apa adanya kamu. Sebagaimana kamupun dem

Menjadi Orang Baik

“Jadilah orang baik, nanti Allah pasti memberikan jalan. Bisa jalan menyenangkan yang kita sukai, atau hati yang tenang saat mendapati jalan yang tidak kita sukai” Kalimat yang diucapkan teman saya melalui telepon ini meninggalkan kesan yang begitu mendalam di ingatan saya saat ini. Namanya mas Nug-nug. Beberapa hari terakhir saya terpaksa memberanikan diri menghubungi beliau untuk menanyakan beberapa hal dan meminta dinasehati. Ia adalah sosok kakak yang baik, hidup sederhana, dan memaknai kebahagiaan dengan sederhana. “Jadi apa saranmu, Mas?”, tanya saya waktu itu. “Gini ros…aku tidak bisa banyak membantu untuk kasusmu ini. Tapi aku akan semaksimal berusaha. Pesanku Cuma satu, bukan untuk kamu saja. Tapi untuk aku juga. Jadilah orang baik. Nanti Allah pasti memberikan jalan. Bisa jalan menyenangkan yang kita sukai, atau hati yang tenang saat mendapati jalan yang tidak kita sukai”