Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Manusia Perantara

“Dik Ros,...”, kata seorang kakak suatu ketika. Dengan sedikit menarik napas dan menata kata, ia melanjutkan “Aku berhutang budi padamu. Aku harus mentraktirmu, setidaknya untuk sekadar makan bersama”. Beliau saat ini duduk satu semester di bawah saya di Farmasi. Setahun yang lalu, kurang lebihnya, ia pernah menghubungi saya melalui pesan pribadi di facebook. Melalui pesan facebook itu, konon, beliau mengabarkan bahwa beliau sudah di terima di jurusan sama dengan saya, hanya saja beliau tidak bisa langsung mengambil karena mengalami kesulitan dalam pembiayaan. Beliau segera mengucapkan maksudnya untuk bertanya soal beasiswa yang saya terima saat itu. Saya tidak mengenal beliau sebelumnya. Hanya mungkin sesekali melihat namanya dalam notification like saat saya share info tentang beasiswa. Rupanya itulah awal Allah menakdirkan kami untuk saling mengenal dan berbagi. “Jika tidak keberatan, bolehkah saya meminta contoh esai-esai dan berkas lain saat melamar beasisw

Terimakasih telah mau belajar

“Assalamualaikum” “Wa’alaikumussalam, Nduk”, jawab Bapak dengan begitu semangat dan ceria. “Kabare piye?. Sehat tho? Bapak seneng kamu nelfon”. Mendengarkan perkataan beliau ini, rasa-rasanya hilang sudah semua penat saya seharian. Kami biasa mengobrol lama di telepon. Bisa sampai sejam   lebih. Sepertinya ada semacam “koneksi hati” antara kami yang membuat kami betah mengobrol lama-lama. Saya biasanya menceritakan kegiatan sehari-hari saya. Dan Bapak pasti bercerita tentang kabar di rumah. Tentang adek, tentang mama…dan tentang sanak saudara yang ada di sekitarnya. “Bapak…kala wau sampeyan tindak pundhi? Kula nelfon boten diangkat-angkat? *Bapak tadi kemana, saya nelfon berkali-kali kok gak diangkat?*. Tanyaku ingin tahu. “Bapak baru pulang dari masjid Nduk. Sekarang sehabis isya berjamaah ada pelajaran baca qurannya. Bapak ikut program itu..jadi belajar alif ba ta’ dari awal”, jawab Bapak sembari tertawa renyah. “Ya meskipun sudah sangat terlambat…tapi Bapak penge