Langsung ke konten utama

Kembali dalam kondisi terbaik

Ada yang selalu spesial di minggu pagi. Namanya Kajian Ahad Pagi di MUI. Di kajian ini, meski cuma bertugas di bagian registrasi, tapi Allah selalu memberikan saya kesempatan untuk belajar dan mendapatkan hal-hal baru yang selalu mendorong saya untuk menjadi lebih baik.

Salah satunya saya dapatkan dari wanita berusia 68 tahun, namanya ibu Aziz. Ibu ini selalu menyunggingkan senyum dan salam saat menjumpai saya di meja registrasi. Saya selalu dapat merasakan semangat dan keramahannya dalam memijakkan kaki ke tempat ini. Selama 5 kali di meja regis, saya selalu menemukan nama ibu ini muncul dengan tulisan usia "68" tahun khas beliau. Ya, setahu saya, beliau adalah peserta tertua yang saya temui.

Ia nyaris tidak pernah absen. Selalu datang di awal waktu, meski sesekali telat karena anaknya yang masih berkepentingan. Di usianya yang sudah senja, ia masih istiqomah menuntut ilmu di hari minggu pagi yang mungkin mayoritas orang akan lebih memilih menghabiskan waktunya untuk beristirahat melepas penat selama sepekan bekerja, tapi ibu ini tidak...ia selalu minta diingatkan kalau ada kajian, supaya bisa mengatur waktu supaya tidak terlambat.

"Nak Rosi, ibu minta tolong ya kalau besok jamnya maju, ibu dikabari supaya tidak terlambat", atau “Nak Rosi, besok kalau kajiannya libur, tolong sms saya ya”. begitulah pesan yang selalu beliau sisipkan sebelum berpamitan.

Saya ingat benar, saat kajian, beliau selalu mengambil tempat duduk di tempat shalat lantai 2. Saya mengamati beliau sangat antusias dan mencatat semua materi saat itu. Meski penglihatannya sudah berkurang, dengan kacamata tebalnya ibu ini selalu mencatat setiap materi yang ia dengar. Pernah satu kali beliau minta tolong saya membacakan tulisan di slide yang nampak tidak jelas, dan benar saja, beliau memang orang yang tidak ingin sedikitpun ketinggalan materi kajiannya. Ahh..masyaAllah bu, ibu membuat hati pemalas saya menjadi tercabik-cabik.

Pagi ini saya berkesempatan mengobrol dengan beliau. “Ibu, selama 10 hari diakhir ramadhan, kami mau mengadakan itikaf di MUI, apakah ibu mau ikut dan saya sms?”, tanya saya

“Wah, boleh sekali nak. Tapi nanti bagaimana ke MCKnya? Kalau malam saya susah ke MCK, saya takut menyusahkan”, kata beliau. Singkat cerita, saya memberikan kebebasan pada si ibu untuk membuat keputusannya sendiri dan saya menawarkan bantuan apabila dibutuhkan.

Obrolan berlanjut dengan keinginan saya untuk mengetahui motivasi terbesar ibu ini rajin mengikuti kajian, padahal beliau sudah cukup *maaf* sepuh jika dibandingkan dengan peserta lain. Dan inilah jawabannya :

“Nak, saya tidak tahu Allah akan memberikan saya kesempatan hidup sampai kapan. Jadi saya ingin mempersiapkan, jikalau Allah mengambil saya, saya sedang dalam keadaan terbaik, sedang beribadah dan melakukan ketaatan padaNya.
Apalagi ini bulan ramadhan, Allah sudah banyak menjanjikan banyak hal bagi kita yang benar-benar memaksimalkannya. Siapa yang bisa menjamin bahwa saya masih hidup d ramadhan tahun depan?. Bisa jadi ini adalah ramadhan terakhir saya nak…dan kalaupun demikian, saya ingin kembali dalam keadaan terbaik. Saya ingin khusnul khatimah”

SAYA INGIN KEMBALI DALAM KEADAAN TERBAIK.

Obrolan berhenti, saya tidak bisa berkata apalagi. Si Ibu pergi…..
Dalam hati saya hanya berdoa “ Allah, perbaikilah imanku, perbaikilah akhlakku, dan jadikanlah aku hambamu yang pandai bersyukur dengan menjadi orang yang lebih bersemangat dalam menuju kebaikan” :’(



Komentar