Langsung ke konten utama

Khadijah binti Khuwalid, Kado Allah untuk Muhammad




Masih menempel lekat diingatanku saat beberapa hari yang lalu aku berbincang-bincang dengan teman dekatku Alizeti. Kalau ketemu, kami memang sering membicarakan banyak hal, dari yang galau hingga yang serius sampai-sampai membutuhkan referensi khusus untuk membalas statement pihak satu dengan yang lainnya *agak lebay. Waktu itu kami berbincang-bincang soal pernikahan kak Eza dan kak Luqman. Sembari menunggu berlangsungnya akad, kami duduk cantik di bagian belakang sambil membahas masa depan, kapan berniat "mengakhiri" masa lajang (perlu diingat : LAJANG, bukan JOMBLO!), hal-hal yang terjadi dalam sebulan terakhir, tahun depan mau kemana dan sebagainya.

Ditengah obrolan yang mengalir cukup renyah itu, entah kenapa saat itu perbincangan kami tertuju pada topik : wanita yang istimewa. Dan ternyata pikiran kami tertuju pada sosok yang sama : Khadijah binti Khuwalid. Kami mendiskusikan kenapa akhirnya Khadijah menempati posisi istimewa sebagai istri rasulullah, versi kami sendiri. 

Jika anda pernah membaca biografi Khadijah dalam buku shirah atau sejarah perjalanan hidup seorang Khadijah, anda akan dibuat takjub karenanya. Siapakah orang jaman itu yang tidak mengenal sosok Khadijah? wanita cantik, berakhlak baik, cerdas, kaya, pengusaha sukses dan berkharisma di mata masyarakat?. Tidak mengherankan jika wanita seperti Khadijah menjadi incaran banyak lelaki. Ia memiliki semuanya.

Sepeninggal suaminya yang pertama, Khadijah memutuskan untuk menikmati masa jandanya dengan memfokuskan diri pada bisnis dan pengasuhan anak-anaknya (Saya suka kesal kalau ada laki-laki yang suka mempertentangkan antara wanita yang baik- dalam persepsi mereka adalah mereka yang hanya diam dirumah- dengan bisnis/kontribusi wanita diluar, seolah-olah mustahil ada seorang wanita bisa sukses dalam karrier dan rumah tangganya. Mereka gak malu sama Khadijah apa? Khadijah itu wanita yang sukses dalam bisnis dan mengasuh anak-anaknya!wkwkwkwk).

Sampai suatu ketika ia merekrut Muhammad sebagai partner kerja dalam bisnisnya. Kedatangan muhammad membawa keberkahan bagi bisnis Khadijah. Ia mendapatkan keutungan berlipat-lipat sejak Muhammad bergabung dalam timnya. Pembantu Khadijah yang bernama Maisarah kerap menceritakan betapa mulianya karakter yang dimiliki Muhammad saat mereka pergi berdagang bersama. Informasi dari Maisarah itu membuat Khadijah semakin tertarik dengan Muhammad, apalagi dalam kesehariannya Khadijah memang melihat Muhammad sebagai sosok istimewa yang memiliki budi pekerti yang baik.

Nah, singkat cerita. Khadijah akhirnya melamar Muhammad melalui perantara. Yang namanya cinta karena Allah ternyata tidak pernah bertepuk sebelah tangan, gayung pun bersambut. Mereka menikah. 


"Ketika seorang wanita jatuh cinta, maka sesuatu yang ajaib sedang terjadi. Bagaimana mungkin dia mencintai seorang laki-laki, padahal di saat yang bersamaan ada 1 milyar lebih laki-laki lainnya di dunia ini. Bukankah besar sekali kemungkinan dia menemukan laki-laki yang lebih baik di luar sana? Bukan yang sekarang dia cintai?


Setelah menikah dengan Khadijah. Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah bahwa beliau akan menjadi seorang rasul terakhir. Muhammad pulang dengan perasaan ketakutan dengan dan menceritakannya kepada Khadijah. Coba bayangkan. Saat kita menghadapi situasi seperti Khadijah, apakah kita sanggup mempercayai seorang laki-laki yang pulang dengan raut muka seperti orang sakit, resah, menceritakan hal-hal yang  diluar nalar kita, berbeda dari apa yang banyak orang lakukan?. Apakah sanggup?BELUM TENTU KITA SANGGUP, bisa jadi kita menanggap suami kita sedang mengigau akibat demam 40 derajat yang ia derita dan harus dikompres supaya lekas sembuh. Tapi lihatlah Khadijah, ia mempercayai Muhammad dengan segenap hatinya, utuh dan menyeluruh.  "Kau adalah orang yang jujur, tidak mungkin bagimu untuk berbohong", itulah kata-kata Khadijah untuk menenangkan dan menguatkan hati Muhammad.

Bedanya dengan istri-istri nabi yang lain, Khadijah tetap menempati posisi yang istimewa menurut kami. Kenapa?. Karena Khadijahlah yang menemani rasulullah diawal kenabiannya. Khadijah mengerahkan semua daya, tenaga, harta dan semua yang ia miliki untuk mendukung dakwah Islam di masa permulaan Islam turun

Ia menghadapi kondisi-kondisi sulit saat Muhammad mendapat cercaan dan hinaan disana-sini, ia bersama Muhammad saat banyak orang melempari Muhammad dengan kotoran sapi, ia bersama Muhammad saat hampir semua sanak saudara dan semua kerabat meninggalkannya bahkan mencoba membunuhnya. Ia berada bersama Muhammad saat nyawa Muhammad menjadi incaran para pecundang kala itu.

Khadijah bukan wanita yang menunggu suaminya di puncak gunung, yang hanya berharap ia akan langsung mendapatkan segala kesenangan dan keberhasilan hidup. Ia berada di lembah terendah bersama Muhammad, berjalan bersamanya, tersungkur, jatuh-bangun, menangis dan tertawa bersama Muhammad sampai akhirnya ia sampai ke puncak yang ia harapkan.

Kami tidak bermaksud membanding-bandingkan Khadijah dengan Aisyah, Hafsah, Hindun, Zaenab dll. Toh Allah lah yang lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh hambaNya. Saat Muhammad membutuhkan penguatan, Allah mengirimkan seorang wanita dewasa yang kuat, teguh, kaya, dan terhormat seperti Khadijah. Saat Muhammad membutuhkan keceriaan sepeninggal Khadijah, Allah mengirimkan wanita-wanita terbaik yang mempunyai karakter match dengan apa yang dibutuhkan Muhammad. Lihat saja Aisyah. Allah mengirimkan seorang Aisyah yang ceria, manja dan cerdas untuk mengobati segala duka yang dirasai Muhammad kala itu. Allah maha tahu :)

Saking cintanya kepada Khadijah, Muhammad tidak pernah melupakan Khadijah sepanjang hidupnya. Pun ketika Khadijah telah tiada. Hal ini pernah memancing kecemburuan Aisyah


Aisyah pernah mengatakan, “Tak seorang pun dari istri-istri nabi yang aku cemburui lebih dalam ketimbang Khadijah. Meskipun aku belum pernah melihatnya, namun Rasulullah SAW seringkali menyebutnya. Pernah suatu kali beliau menyembelih kambing lalu memotong-motong dagingnya dan membagikannya kepada sahabat-sahabat karib Khadijah.”
Pada kesempatan lainnya, Aisyah mengatakan, “Aku sangat cemburu dengan Khadijah karena sering disebut Rasulullah SAW, sampai-sampai aku berkata: Wahai Rasulullah, apa yang kau perbuat dengan wanita tua yang pipinya kemerah-merahan itu, sementara Allah SWT telah menggantikannya dengan wanita yang lebih baik?”
Rasulullah marah dengan apa yang dikatakan Aisyah, namun beliau menjelaskan alasannya dengan sabar, beliau mengatakan : 

"Dia(Khadijah) memiliki keyakinan kepada diriku saat semua orang-bahkan anggota keluargaku dan sukuku sendiri-tidak mempercayaiku, dialah yang pertama mengakui bahwa aku benar-benar seorang nabi dan rasul Allah. Dia menghabiskan semua kekayaan dan barang-barang duniawinya untuk membantuku menyebarkan keyakinan ini di saat seluruh dunia tampaknya sudah berbalik melawan dan menganiayaku, dan dari dirinyalah Allah memberkahiku dengan anak-anak"

Khadijah memang telah tiada, tapi beliau berpulang dengan upah mulia berupa surga dari Allah. Janji Allah itu pasti! :)

Wallahu 'alam, semoga kita bisa meneladani Khadijah dalam setiap detail kebaikan yang ada dalam dirinya. In the end, kalau ingin mendapatkan laki-laki seperti Muhammad. Marilah kita berkaca bersama : "Apakah kita sanggup menjadi seorang wanita seperti Khadijah?" <---------- igauan galau sebagai penutup XD

Komentar