Langsung ke konten utama

Menjadi Panutan



Salah satu resolusi saya untuk menikmati liburan selama 10 hari ke depan adalah menonton dan membuat resume 40 video Nouman Ali Khan yang sengaja saya download saat koneksi internet di kosan sedang kenceng-kencengnya.

Video yang saya pilih untuk saya review pertama kali berjudul “Today’s youth & the search for the role model”. Tema ini sengaja saya pilih bertepatan dengan momen yang baru saja berlalu yaitu maulid nabi Muhammad SAW. Bagi kaum muslim, tentu kita semua sepakat bahwa nabi Muhammad merupakan sosok manusia yang akan menjadi panutan kita dalam bertindak. Meskipun beliau tidak lagi hidup dan memberikan ilmunya langsung kepada kita, lalu apa peran kita sebagai generasi selanjutnya agar Islam menjadi kembali Berjaya?.

Jawabannya adalah : menjadi panutan.

Video berdurasi 15 menit ini sukses membuat saya merenung tentang “sosok diri saya” : apakah selama ini saya sudah berusaha menjadi panutan yang baik?. Itulah pertanyaan yang saya ulang-ulang dan akan selalu saya ciptakan jawabannya.

Nouman Ali Khan membuka ceramahnya dengan membahas standar baru yang harus diciptakan umat muslim, terutama para pemuda-pemudinya. Standar tersebut diantaranya :
1.    Dari segi bahasa, pemuda-pemudi muslim setidaknya harus menguasai 4 bahasa. Bahasa ibu, bahasa Arab, bahasa Inggris, dan 1 bahasa lain yang mereka ingin kuasai. Nouman Ali Khan membayangkan bahwa suatu saat nanti bahasa Arab akan menjadi bahasa yang bisa kita dengar dimana-mana. Ketika menguasai bahas Arab, maka orang-orang akan semakin bisa memaknai setiap perintah dan larangan yang tertulis dalam Alquran. Untuk itu, selagi masih muda, kita harus memperlajari berbagai macam bahasa. Karena siapa yang menguasai bahasa, ialah yang bisa menguasai dunia.
2.    Suatu saat nanti, banyak muslim yang masuk ke ranah professional dan memberikan pengaruh di bidang yang mereka geluti. Akan banyak kita temukan ahli engineering, ahli ekonomi, ahli astronomi, ahli arsitektur dll yang amat menguasai bidangnya dan memiliki karakter muslim yang kuat di dalam dirinya. Pada tahap ini juga, science akan berkembang dengan pesat. Baik social science maupun naturan science. Banyak muslim yang mendalami ilmu politik, ilmu hukum, ilmu sosial, sejarah, ilmu kedokteran dll…dan mereka akan selalu melihat setiap ilmu itu dari sudut pandang islam.
3.    Dari segi karakter. Para pemuda-pemudi akan semakin menghargai kecerdasan intelektual yang mereka miliki. Mereka tidak akan melakukan hal-hal dibawah kecerdasan mereka. Mereka tidak akan berbicara kotor, melakukan hal seronok, memakai baju minim dll yang secara ilmiah menunjukkan adanya degradasi intelektual. Mereka memahami dengan baik bahwa hal-hal buruk tersebut akan “menodai” intelektualitas mereka sebagai manusia.
4.    Para pemuda-pemudi muslim sadar benar bahwa mereka adalah “role model” sehingga mereka akan memberikan kemampuan terbaik yang mereka punya di kampus tempatnya belajar. Kita bisa melihat para muslimah masuk perguruan tinggi, menjadi kaum cerdas dan dihormati karena prestasi dan influence yang mereka munculkan di lingkungannya. Hal ini akan membuat mahasiswi lain ingin menjadi seperti mereka dan berpakaian seperti mereka. Kita tidak akan menjumpai gadis-gadis muslimah yang bertanya kepada orang tuanya “mengapa saya tidak boleh memakai baju-baju pendek menerawang seperti mereka?”. Yang terjadi justru sebaliknya, orang-orang akan berbondong-bondong untuk memperbaiki cara mereka berpakaian.
5.    Akan banyak muncul para entrepreneur muslim yang berjuang keras untuk terbebas dari riba. Mereka ini akan mulai menggerakkan roda perekonomian baru yang lebih fair dan sesuai ajaran Islam.
6.    Di bidang media, para muslim tumbuh sebagai para jurnalis jujur, kritis dan berani menyampaikan kebenaran. Dengan adanya mereka, media tidak akan disalah gunakan untuk mengadu domba dan menjadi monopoli kepentingan politik tertentu.
7.    Masyarakat muslim akan mendidik lingkungannya degan kebaikan. Merka akan berani melawan alkohol, rokok, prostitusi dll bukan semata-mata karena hal tersebut diharamkan Allah. Tetapi juga karena hal-hal tersebut akan merugikan dan mencelakakan banyak orang, baik muslim maupun non muslim. Mereka tumbuh sebagai individu-individu yang peduli pada kebaikan masyarakatnya.

Sadar atau tidak, sebagai muslim, kita ini telah menjadi panutan. Kita telah menjadi “role model”. Kita harus bertanggungjawab atas bagaimana kita membawa diri kita. Bagaimana kita berbicara, bagaimana kita bertindak, bagaimana kita berpakaian, bagaimana kita memposting sesuatu di media-media sosial kita….semuanya harus kita pertanggungjawabkan.

Ustad Nouman juga menceritakan bahwa selama hidupnya, ketika akan memberikan donasi/sedekah pada orang lain, beliau selalu teringat dengan pesan ayahnya. Saat beliau kelas 2 SD, ayahnya selalu berpesan “Jangan pernah menjadi pelit. Selalu berikan sedekah”. Tiap selesai shalat Jumat, sang ayah selalu memberikan uang pada ustad Nouman dan memastikan bahwa anaknya memasukkan uang tersebut pada kotaknya.

Dari sini kita bisa belajar bahwa cara mendidik terbaik adalah melalui 2 hal. Yang pertama adalah dengan memberikan teladan, yang kedua adalah dengan melalui praktik. Teladan merupakan ingatan terbaik akan selalu orang bawa sepanjang hidupnya. Dan melalui praktik yang terus menerus, seseorang akan menjadi terbiasa dalam berbuat baik.

Di akhir cerita, jika kamu sedang mencari panutan, maka lihatlah kea rah cermin..
Karena yang ada di cermin itulah yang akan menjadi panutan bagi dirinya, bagi banyak orang disekitarnya, dan bagi generasi-generasi berikutnya”.

Sudahkah kamu menjadi panutan yang baik? J





Komentar