Mengapa Dosen?
Terkadang saya pun
bertanya-tanya mengapa saya ingin menjadi dosen. Setelah sekian lama mencari
tau, kini insyaAllah saya tahu mengapa saya ingin menjadi dosen.
1.
Menekuni hobi
Saya pernah jatuh hati pada sebuah quote. Quote tersebut
berbunyi seperti ini :
“Do what you love to do and give it
your very best. Whether it's business or baseball, or the theater, or any field.
If you don't love what you're doing and you can't give it your best, get out of
it. Life is too short. You'll be an old man before you know it. -Al Lopez-
Sejak SMA, saya menyadari bahwa ternyata saya
amat menyukai dunia pendidikan dan saya sangat menikmati saat-saat dimana saya
bisa mengajari orang lain. Saya merasa bahagia saat melihat orang yang saya
ajari tersebut memahami apa yang saya ajarkan. Inilah yang membuat ketika saya
menjadi guru les privat bayaran, saya tidak merasa bahwa saya sedang bekerja,
tapi lebih dari itu : saya merasa bahwa saya sedang melakukan sesuatu yang saya
sukai dan saya merasa enjoy di dalamnya.
Saya berharap, hal ini akan menjadikan saya sebagai
manusia yang paling bahagia karena saya mengerjakan apa yang saya sukai dan
saya menyukai apa yang saya kerjakan J
2.
Mengetahui potensi
Sudah lebih dari 3 tahun saya berkecimpung sebagai
pekerja paruh waktu : guru les privat. Setiap pulang kuliah, hampir setiap hari
saya pergi mengajar. Selama ini saya sudah mengajar sekitar 7 siswa yang
berasal dari berbagai jenjang pendidikan. Saya pernah berhadapan dengan anak TK
yang baru berusia 4 tahun, pernah juga dengan anak SD, SMP, dan paling sering
adalah mengajar Kimia untuk anak SMA. Saya tidak hanya menjalin hubungan baik
dengan murid yang saya ajar, tapi juga dengan orang tua murid. Selama ini para
orang tua murid sangat apresiatif dan ramah kepada saya. Saya justru sering
mendapatkan job mengajar baru atas rekomendasi mereka.
Mereka mengatakan bahwa saya bisa mengajari anak-anak
mereka dengan baik. Dari situlah rasa kepercayaan diri saya bersangsur-angsur
naik. Saya bisa menjadi pengajar yang kompeten dan professional, itu yang saya
yakini selama ini.
3.
Lebih fleksibel dalam pengaturan waktu
Saya sadar, peran saya sebagai wanita merupakan peran
yang sangat vital dalam sebuah keluarga. Cepat atau lambat, jika Allah
mengijinkan, saya akan menikah dengan orang pilihan saya dan membangun
peradaban baru bersamanya. Saya tidak ingin menjadi wanita yang hanya cemerlang
di luar tapi tidak menjadi apa-apa di keluarga kecil saya. Saya ingin menjadi
istri yang diridhai suami, menjadi istri yang bisa membesarkan hati dan
menguatkan langkah suami saya, serta menjadi seorang ibu yang bisa diteladani
melalui seluruh perilaku saya sehari-hari. Saya tidak akan membiarkan anak saya
lebih dekat dengan pembantu saya dan saya tidak akan pernah rela membiarkan
baju suami saya dicucikan oleh pembantu saya.
Untuk mencapai cita-cita saya tersebut, saya harus
memiliki lebih banyak waktu di rumah. Memiliki waktu yang lebih banyak untuk
keluarga. Disitulah saya menjadi yakin bahwa saya harus mencari pekerjaan yang
memungkinkan saya mengatur waktu dengan lebih fleksibel. Bukan pekerjaan dengan
sistem pengaturan waktu yang sangat rigit dan bahkan sering memaksa saya untuk
lembur. Saya pikir, dengan menjadi dosen, saya bisa mengatur waktu saya dengan
lebih mudah sehingga saya bisa menjadi orang yang “balance” di dalam dan di luar rumah.
4.
Ilmu yang tiada habis-habisnya
Di
dalam suatu hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Apabila
seorang anak Adam meninggal, maka akan terputus amalannya kecuali tiga perkara
: shadaqoh jariyah, atau ilmu yang
bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kepadanya”
Mengacu dari hadist tersebut,
saya berpikir bahwa ketika saya menjadi dosen dan banyak mengajar orang-orang
dengan ilmu yang saya miliki, sesungguhnya saya tidak hanya sedang berbuat baik
untuk mereka tetapi saya sedang berbuat baik kepada diri sendiri. Dengan
menyebarluaskan ilmu yang saya miliki, berarti saya telah memulai untuk
berinvestasi amal untuk akhirat kelak.
Saya ingin, ketika saya mati
nanti, saya bisa meninggalkan hal-hal baik yang bermanfaat banyak orang.
Seseorang yang mati, raganya memang akan berpisah dari dunia, tapi tidak dengan
ilmu-ilmu yang telah diajarkan. Ilmunya akan tetap dikenal orang, dipelajari
orang dan kembali diajarkan kepada orang lain. Dengan hitungan deret aritmatika
maupun deret geometri sederhana, amalan-amalan kita bisa berlipat ganda dengan
efek continuous tersebut. Hehe..
5.
Menjadi pembelajar seumur hidup
Sejak kecil, saya dikenal sebagai anak yang memiliki otak
yang cukup encer di kelas. Di rapor SD-SMP, saya tidak pernah sekalipun
mendapatkan ranking di luar ranking 1 umum, demikian halnya saat di SMA saya
tdk pernah keluar dari top five. Di kampus pun rasanya saya juga memiliki
kompetensi yang cukup bisa di banggakan. Tapi hal-hal itu hanyalah akan menjadi
masa lalu saya. Karena saya sadar benar bahwa masa depan saya tidak selalu akan
match dan berkorelasi sebanding dengan
masa lalu saya, jika saya tidak benar-benar berusaha untuk menjaga dan
meningkatkan kapasitas dan kualitas yang saya miliki.
Saya ingin terus belajar dari banyak hal baik di
lingkungan akademik maupun dari hal-hal di sekitar saya. Karena semakin kesini
saya menjadi semakin tahu bahwa sebenarnya saya tidak banyak tahu. Ilmu saya
ternyata masih sangat dangkal dan saya harus lebih banyak belajar.
Rupanya firman Allah dalam surat Al Kahfi itu benar
adanya :
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk
(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis
(ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak
itu (pula)”. (QS al- Kahfi
[18]:109)
Jadi ilmu Allah itu sangat luas. Ilmu yang saya miliki
mungkin tidak sampai 1 tetes air dibandingkan lautan ilmu Allah yang sangat
luas sehingga saya harus menjadi pembelajar seumur hidup agar ilmu-ilmu itu
kian bertambah dan tidak menguap dimakan usia.
6.
Keliling dunia
Pada waktu saya masih kecil, pernah ada keinginan di
benak saya untuk menjadi seorang pramugari. Alasannya simpel, saya ingin
menjelajahi dunia ini dan melihat betapa Maha Kuasanya Allah dalam menciptakan
sesuatu. Saya pikir, berkutat di Indonesia saja tidak cukup karena ada banyak
hal yang bisa kita pelajari dari negara lain. Saya kemudian berpikir :
bagaimana agar saya bisa keliling dunia tanpa menjadi pramugari?.
Ketika saya memasuki dunia kuliah, sepertinya saya mulai
menemukannya. Saya sering melihat dosen-dosen saya ke luar negeri dengan
frekuensi yang cukup tinggi. Bu Yahdiana Harahap, dosen kebanggaan kami, sering
sekali mendapat undangan untuk menjadi narasumber, presentator maupun speaker
pada acara-acara yang diselenggarakan oleh negara lain.
Niat awalnya kan mungkin untuk melaksanakan tugas atau
memenuhi undangan, tapi setelah tugas selesai masa iya mau pulang begitu saja?.
Bukankah lebih baik meluangkan sedikit waktu untuk jalan-jalan dan melihat
keindahan sekitar? XD
Ah semoga yaa saya bisa benar-benar menjadi dosen professional
sehingga saya bisa dipertimbangkan untuk menjadi speaker di acara-acara
internasional begitu..
(Aamiin)
7.
Kesempatan untuk mengabdi pada masyarakat yang lebih
besar
Nelson mandela pernah mengatakan : “Education is the most powerful weapon which you can use to change the
world” dan sampai saat ini pun saya sangat meyakininya.
Menurut saya, pendidikan adalah salah satu bidang yang
benar-benar harus diutamakan dalam suatu negara. Melalui pendidikan, kita tidak
hanya berinvestasi dalam hal yang bersifat materiil (habis pakai), tetapi lebih
dari itu, kita bisa berinvestasi sesuatu yang terbarukan (investasi mindset). Pendidikan memang tidak bisa
mengubah orang miskin menjadi kaya mendadak, tapi pendidikan bisa mengubah pola
pikir manusia untuk menjadi sukses dalam hidupnya. Karena pendidikan tidak
pernah mengajarkan manusia untuk gagal J.
Nah, kaitannya dengan cita-cita saya menjadi dosen adalah
saya ingin mengabdi kepada masyarakat melalui kompetensi yang saya miliki. Saya
bisa memberikan pengabdian terbaik saya melalui pendidikan formal di kampus,
melalui riset di bidang pengobatan, melalui edukasi langsung, maupun melalui
kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Efeknya memang tidak terasa langsung, namun
pendidikan selalu menjadi kunci kesuksesan di belakang layar. Pendidikan
mengantarkan orang menjadi paham dan mendorong orang untuk berlari lebih cepat J
8.
Memberikan gaya mengajar yang berbeda
Saya melihat bahwa saat ini arah pendidikan di Indonesia
kurang berimbang. Teori selalu mendapatkan porsi yang jauh lebih besar daripada
penerapannya. Contoh yang paling gampang saja ya, berkali-kali saya mengajar
anak-anak SD-SMP. Untuk soal-soal teori pendek yang to the point, murid-murid saya sangat mudah mengerjakan. Tapi untuk
tipe-tipe soal cerita yang sebenarnya sering mereka hadapi dalam kegiatan
sehari-hari, mereka seperti orang yang jalan di tempat dan mondar-mandir karena
tidak tahu apa yang musti mereka kerjakan. Masyarakat kita sangat lemah dalam
hal analisis karena terlalu banyak teori yang dipelajari, namun teori-teori
tersebut jarang sekali kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Para
peserta didik lebih banyak berimajinasi dan menebak-nebak ketimbang mencari
solusi yang sebenarnya. Mereka bukannya tidak paham, hanya mereka merasa
kembali asing dengan soal yang sebenarnya mereka mengerti.
Pun saat saya belajar di Farmasi. Begitu banyak hal yang
saya pelajari dan begitu banyak hal yang saya lupakan karena saya sering tidak
bisa mengimajinasikan. Misalnya dosen saya mengatakan : “Tanaman Carissa
carandas mengandung glikosida jantung yang sangat poten sebagai ACE inhibitor”.
Saya : Carissa carandas itu yang mana ya?. Kalau saya tanya ke dosen pasti di
jawab : “Coba cari gambarnya di internet, kan sekarang banyak gambarnya!”.
Kenapa tidak sekali-kali dosen mengatakan : “Ayo kita keluar kelas sebentar, di
samping ruangan ini ada yang namanya Cassia carandas. Pohonnya berduri dan
buahnya berwarna hitam. Silahkan kalian amati bentuk fisiknya” J.
Ada juga contoh lain. Seorang anak SD yang diajari “1 m +
20 cm = 1,2 m”. Murid : “3,2 m itu sepanjang apa ya?”. Suatu saat dia ditanya
oleh orang-orang di sekitarnya : “Kira-kira pintu ini panjangnya berapa ya? Supaya
bisa direncanakan mau beli kayu sepanjang apa”. Murid yang tadi : “Hmmmm…berapa
ya. Saya tidak bisa memperkirakan karena belum pernah mengukurnya secara
langsung”. Orang : “Lho, bukannya kamu pas sekolah diajari tentang pengukuran
dan satuan panjang?”. Murid : “TAPI SAYA TIDAK PERNAH MELAKUKAN PENGUKURAN
SECARA LANGSUNG!”
Anda pasti tahu maksud saya.
Saya ingin, suatu saat nanti saya bisa memberikan nuansa
baru di dunia belajar-mengajar. Saya ingin mahasiswa saya tidak hanya sekadar
tahu secara kontekstual. Tetapi juga paham dan bisa membedakan. Untuk itu
mungkin saya akan mengajar dengan metode yang lebih interaktif dan
memperlakukan mahasiswa seperti memperlakukan sahabat dekat J
9.
Doa indah dari mahasiswa
Tidak bisa dipungkiri bahwa terkadang keberuntungan-keberuntungan
yang kita capai selama ini bisa jadi merupakan bagian dari kontribusi orang
lain berupa doa-doa yang mereka panjatkan. Pun saat menjadi dosen yang baik,
kita bisa berkesempatan mendapatkan doa terbaik dari mahasiswa-mahasiswa kita
sehingga hal itu bisa menjadi pertimbangan Allah untuk mencapai kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
Bukan kah doa merupakan bagian dari usaha? J
Hmm kira-kira itulah alas an yang mendasari keinginan
saya untuk menjadi dosen. Siapapun yang membaca note ini, mohon sempatkan untuk
mendoakan saya agar saya bisa menjadi dosen ya J.
Doa-doa kalian sangat berarti untuk saya…
Semoga
saya bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi…J
aaminn
BalasHapusdoakan saya juga ya
BalasHapusSemoga saya juga bisa menjadi dosen
BalasHapusAamiin Doakan aku juga yaa
BalasHapus