Orang
yang menyegerakan menikah dan yang tergesa-gesa menikah punya tujuan yang
sama, yaitu menikah. Tapi cara yang mereka pilih berbeda.
Seperti
orang yang sedang menyetir mobil, orang yang bersegera tahu kapan harus
mengerem, mengganti persneling, menekan gas. Mereka taat pada tata tertib.
Berhenti jika lampu lalu lintas berubah merah, bedanya dengan yang
menunda-nunda, setelah lampu berubah hijau, mereka langsung melaju, tidak
melambat-lambatkan. Mereka pun ingin segera tiba di tujuan, tapi mereka bersiap
dan berhati-hati agar selamat dalam perjalanannya dan menjadikan perjalanan itu
sebagai peristiwa yang bermakna dengan cara menikmatinya.
Sedangkan
yang tergesa-gesa hanya tahu satu hal : dia harus tiba di tujuan
secepat-cepatnya, dengan cara apapun. Akhirnya, dia lupa mempersiapkan bekal
yang cukup : Lupa mengisi bensin, lupa memeriksa kondisi kendaraan, lupa
menyiapkan makanan dan minuman untuk di perjalanan. Yang menyebabkan dia
terhambat di perjalanan. Dia juga tak terlalu menganggap penting rambu-rambu.
Lampu merah diabaikan, perintah Pak Polisi dilanggar. Yang dia mau hanya satu :
Cepat sampai ke tujuan. Kecepatan penuh pun diambil untuk mewujudkan kemauannya
itu. Ia lupa pada risiko kecelakaan.
Orang
yang bersegera akan menikmati perjalanan. Sedangkan orang yang tergesa-gesa
sangat ingin cepat-cepat sampai tujuan sampai tak terpikir untuk memperhatikan
indahnya panorama di kiri kanan selama perjalanan.
Tepat
waktu. Itu kata kuncinya. Semuanya tepat jika sesuai dengan waktunya. Bukan
sekadar indah, semuanya akan berkah dan mudah jika waktunya sudah tiba.
Inspirasi
dari :
@urfaqurrotaainy dan http://novitaungu.blogspot.com/2013/04/travelling-proses-menuju-pernikahan.html
Komentar
Posting Komentar