Sumber
: Buku Sirah Nabawiyah karangan Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury dan
materi liqo tanggal 17 Mei 2015.
Isra
Mi'raj terjadi pada periode akhir kenabian di Mekkah sebelum Rasulullah hijrah
ke Madinah, yaitu setahun sebelum hijrah. Menurut sebagian ulama, terjadi pada
malam tanggal 27 Rajab (tahun 621 M.).
Isra'
Mi'raj terjadi ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berada dalam tahun
duka cita atau disebut dengan ‘amul hazn’.Rasulullah baru saja ditinggal wafat
isterinya tercinta Khadijah. Pada saat beriringan, beliau juga baru saja
berduka karena meninggalnya Abu Thalib pamannya yang selama ini turut menjadi
tameng pembelanya. Situasi tekanan dan hinaan yang kuat dari kelompok musyrikin
Mekkah, terutama dari Abu Jahal, Abu Lahab, dan sekutunya pun semakin membabi
buta. Rasulullah semakin bersedih hati kala itu.
Pada
saat itulah Allah menghibur Rasullah dengan peristiwa Isra’ Miraj.
Peristiwa
Isra, yakni Nabi Muhammad diperjalankan oleh Allah dari Masjid Al-Haram di Mekkah
hingga ke Masjid Al-Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina. Jarak tempuh yang
dilalui beliau sekitar 1.500 km.
Peristiwa tersebut terjadi tatkala Rasulullah berada di rumah pamannya (Hamzah). Jibril masuk melalui atap dan membawa rasulullah menuju masjidil Haram. Di dekat sumur Zam-zam, Rasulullah dibelah dadanya dan diambil hatinya untuk disucikan. Rasulullah melihat sendiri peristiwa itu, namun beliau tidak merasakan rasa sakit sedikitpun (Secara medis mungkin kita belum bisa membayangkan terjadinya peristiwa ini, namun keimanan kita yang pada akhirnya mengantarkan hati kita untuk percaya. Bukankah ketika Allah mengatakan “Kun” maka “Fa yakuun”? Terjadilah, maka terjadilah ia. Adalah mudah bagi Allah dalam melakukan apapun sesuai kehendaknya. Hikmahnya adalah saat itu Allah ingin menunjukkan pada Rasulullah bahwa Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. Rasulullah tidak perlu mengkhawatirkan segala kesakitan hidup yang beliau alami)
Peristiwa tersebut terjadi tatkala Rasulullah berada di rumah pamannya (Hamzah). Jibril masuk melalui atap dan membawa rasulullah menuju masjidil Haram. Di dekat sumur Zam-zam, Rasulullah dibelah dadanya dan diambil hatinya untuk disucikan. Rasulullah melihat sendiri peristiwa itu, namun beliau tidak merasakan rasa sakit sedikitpun (Secara medis mungkin kita belum bisa membayangkan terjadinya peristiwa ini, namun keimanan kita yang pada akhirnya mengantarkan hati kita untuk percaya. Bukankah ketika Allah mengatakan “Kun” maka “Fa yakuun”? Terjadilah, maka terjadilah ia. Adalah mudah bagi Allah dalam melakukan apapun sesuai kehendaknya. Hikmahnya adalah saat itu Allah ingin menunjukkan pada Rasulullah bahwa Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. Rasulullah tidak perlu mengkhawatirkan segala kesakitan hidup yang beliau alami)
Setelah
dari masjidil Haram, rasulullah diperjalankan menuju masjidil Al Aqsha. Masjid
Al-Aqsha ini merupakan tempat singgah Isra sebelum Mi'raj ke langit. Masjidil
Aqsha terletak di Palestina. (Konon, masjidil Aqsha ini
adalah masjid kedua yang didirikan Allah di dunia. Rasulullah pernah ditanya : "Wahai
Rasulullah, masjid apakah yang pertama diletakkan oleh Allah di muka
bumi?" Beliau bersabda, "Al-Masjid Al-Haram". Abu Dzar bertanya
lagi, "Kemudian apa?". Beliau bersabda, "Kemudian Al-Masjid
Al-Aqsha". Berkata Abu Mu’awiyah “Yakni Baitul Maqdis” . Abu Dzar bertanya
lagi, "Berapa lama antara keduanya?". Beliau menjawab, "Empat
puluh tahun". (H.R. Ahmad dari Abu Dzar).
Di
masjid Al Aqsha ini, rasulullah bertemu dengan beberapa nabi seperti nabi Musa,
nabi Ibrahim, nabi Isa dll. Di tempat ini, rasulullah mendirikan shalat dua rakaat,
dan menjadi imam para Nabi ".
(H.R. Muslim). Keterangan lebih lanjut juga bisa dilihat di Q.S. Al Isra ayat
pertama (Berbagai landasan baik alquran maupun hadist menunjukkan
ketinggian, keutamaan, dan kemuliaan Masjid Al-Aqsha dalam Islam. Hal tersebut
menekankan pentingnya kaum muslimin memperhatikan Masjid Al-Aqsha serta
menekankan tanggung jawab umat Islam di seluruh dunia dalam membela dan menjaga
masjid tersebut. Umat Islam tidak boleh membiarkan apalagi melalaikannya
dikuasai oleh yang bukan haknya, seperti berlangsung saat ini. Masjid Al-Aqsha
adalah hak milik yang sah, milik kita umat Islam)
Nah,
dari masjid Al Aqsha. Malaikat membawa Rasullah untuk melanjutkan perjalanan Mi’raj
(yaitu perjalanan dari masjid Aqsha menuju Sidratul muntaha/langit ke tujuh).
Berdasarkan beberapa riwayat, rasulullah sempat diajak singgah ke beberapa
tempat.
Rasulullah
melewati Thaif. Di tempat ini Jibril memberikan gambaran masa depan dakwah
islam bahwa suatu saat ketika umat Islam mendapatkan berbagai tekanan, Thaif
akan menjadi salah satu tempat tujuan untuk melindungi diri.
Rasulullah
juga melalui wilayah antara sungai Nil, di sekitar Eufrat Mesir. Disana
rasulullah mencium bau yang sangat harum. (Dari Ibnu Abbas,
rasulullah berkata : “Ketika malam aku di isra’kan aku mencium bau yang sangat
wangi, aku bertanya,’Wahai Jibril, bau apakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini
adalah bau wangi tukang sisir anak perempuan Fir’aun dan anak laki-laki tukang
sisir itu.’ Aku bertanya, ‘Bagaimana bisa demikian?’ Jibril menjawab, ‘Ketika
ia menyisir rambut anak putri Fir’aun tiba-tiba sisirnya jatuh kemudian wanita
itu mengambilnya dengan membaca bismillah. Anak putri Fir’aun itu berkata, ‘Hai,
dengan nama bapakku.’ Wanita tukang sisir menjawab, ‘Tidak, Allah adalah
Tuhanku dan Tuhanmu demikian juga Tuhan ayahmu.’ Anak putri Fir’aun itu
bertanya, ‘Kalau begitu kamu punya Tuhan selain ayahku?’ Wanita tukang sisir
itu menjawab, ‘Ya.’ Anak putri Fir’aun berkata, ‘Akan aku laporkan pada
ayahku.’ Wanita tukang sisir menjawab, ‘Silahkan!’ Kemudian anak putri Fir’aun
memberitahukan kejadian ini kepada ayahnya dan akhirnya wanita tukang sisir
dipanggil Fir’aun, dia bertanya, ‘Wahai Fulanah, betulkah kamu mempunyai Tuhan
selain aku?’ Wanita tukang sisir menjawab, ‘Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah
Allah.’ Kemudian Fir’aun memerintahkan untuk mempersiapkan kuali besar dari
tembaga untuk dipanaskan. Satu persatu anak wanita tukang sisir itu mulai
dilemparkan ke dalam kuali yang mendidih.Beberapa saat kemudian, wanita tukang
sisir mengajukan permohonan kepada Fir’aun, dengan berkata, ‘Ada satu
permintaan dariku.’ Fir’aun menjawab, ‘Apa permintaanmu?’ Wanita tukang sisir
menjawab, ‘Aku ingin tulang tubuhku dan tulang-tulang anak lelakiku kelak
dibungkus dalam satu kain untuk kemudian dikuburkan.’ Fir’aun menjawab, ‘Akan
aku penuhi permintaanmu.’ Anak-anak lelaki tukang sisir itu masih terus
dilemparkan ke dalam kuali mendidih hingga terakhir kalinya tiba giliran anak
yang masih menyusu. Pada saat itu wanita tukang sisir nampak ragu-ragu, tetapi
tiba-tiba bayi yang masih menyusu itu berkata, ‘Wahai ibuku, ceburkan diri ibu
ke dalam kuali yang mendidih itu, karena sesungguhnya siksa dunia ini jauh
lebih ringan dibanding siksa akhirat’.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani & Ibnu
Hibban)
Rasulullah
juga mengunjungi bukit Thursina, tempat nabi Musa menerima wahyu dan melihat
Allah.
Konon,
dalam perjalanan itu, malaikat Jibril menawarkan rasulullah dengan 2 jenis
minuman yaitu susu dan khamr. Rasulllah memilih susu. Lalu dikatakan kepada
beliau “Engkau telah dianugerahi fitrah. Jika engkau mengambil khamr, berarti
engkau menyesatkan umatmu” (Nah, semangat yaa bagi
aktivis anti miras. Kalian sudah berjalan di jalan yang benar kok J)
Setelah
itu, Jibril membawa Rasulullah ke langit. Langit terdiri dari tujuh lapisan.
Di
langit pertama, rasulullah bertemu dengan nabi Adam. “Ini adalah ayahmu Adam,
ucapkanlah salam untuknya.” Jibril memberitahu. Rasulullah mengucapkan
salam
Kemudian
rasulullah dibawa lagi naik ke langit kedua. Manakala Jibril meminta dibukakan
pintu langit, terdengar suara bertanya, “Engkau siapa?” “Jibril.”
Jawabnya. “Engkau bersama siapa?” Tangan penjaga pintu langit.”Muhammad.”
Jawab Jibril. Penjaga pintu langit bertanya lagi, “Adakah dia diutus
(untuk dinaikkan ke langit bagi tujuan menghadap Rabb-nya)?” “Ya.” Jawab
Jibril.
Setelah
pintu langit dibuka, rasulullah bertemu dua orang yang bersaudara (sepupu),
yaitu Yahya A.S. dan
Isa A.S.
Di
langit ketiga rasulullah bertemu Nabi Yusuf A.S. Sungguh, beliau telah
dianugerahkan dengan separuh ketampanan.
Di
langit keempat, rasulullah bertemu Nabi Idris A,S.
Di
langit kelima rasulullah bertemu Nabi Harun A.S.
Di
langit keenam rasulullah bertemu Nabi Musa A.S., beliau pun mendoakan
kebaikan rasulullah. Ketika hendak berlalu pergi, maka Nabi Musa menangis.
Lalu dikatakan kepadanya: “Apa yang membuatmu menangis?”. “Aku menangis
karena ada anak yang masih muda diutus setelahku, sedangkan jumlah umatnya yang
masuk Surga lebih ramai dari umatku yang memasukinya.”
Kemudian
rasulullah diangkat lagi sehingga ke langit ketujuh. Manakala Jibril meminta
dibukakan pintu langit, terdengar suara bertanya, “Engkau
siapa?”. “Jibril”. Jawabnya. “Engkau bersama siapa?” Tanya penjaga
pintu langit. “Muhammad.” Jawab Jibril. Penjaga pintu langit bertanya,
“Adakah dia diutus untuk dinaikkan bagi tujuan berjumpa dengan
Rabb-nya?” “Ya.” Jawab Jibril.
Perjalanan
terakhir, Nabi Muhammad ke langit ketujuh bertemu dengan sahabat Allah SWT,
bapaknya para nabi, Ibrahim AS. Sewaktu bertemu, Nabi Ibrahim sedang
menyandarkan punggungnya ke Baitul Mamuur, yaitu suatu tempat yang disediakan
Allah SWT kepada para malaikatnya. Setiap harinya, tidak kurang dari 70 ribu
malaikat masuk ke dalam.
Kemudian
Nabi Ibrahim mengajak Muhammad untuk pergi ke Sidratul Muntaha sebelum bertemu
dengan Allah SWT untuk menerima perintah wajib salat. Sidratul Muntaha
merupakan sebuah pohon yang menandai akhir dari batas langit ke tujuh.
Di
langit tempat bertemunya Rasulullah dengan Allah, rasulullah menerima wahyu
shalat sehari semalam sebanyak lima puluh kali. Di tempat itu pula rasulullah
diperlihatkan kondisi surga dan neraka.
Setelah
mendapatkan wahyu shalat, Rasulullah pun turun membawa kewajiban itu. Ketika Rasulullah
bertemu kembali dengan Nabi Musa, beliau berkata, “Apa yang diwajibkan oleh
Rabb-mu terhadap umatmu?” “Lima puluh kali shalat dalam sehari.”, jawab
rasulullah. Musa berkata, “Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan
kepada-Nya untuk umatmu, karena mereka tidak akan mampu melaksanakannya. Aku
telah mencoba dan menguji Bani Israil.” Maka rasulullah pun kembali
menghadap Allah dan berkata, “Wahai Rabb-ku, ringankanlah bagi umatku.”
Atas
permohonan tersebut, maka Allah menguranginya sebanyak lima kali, demikian
seterusnya rasulullah meminta keringanan hingga akhirnya shalat diwajibkan
sebanyak lima kali. Allah berfirman,
“Wahai
Muhammad, hanya lima kali shalat sehari semalam, setiap kali shalat. Aku lipat
gandakan pahalanya menjadi sepuluh. Maka perkara itu (menjadi setara dengan)
lima puluh kali shalat. Siapa yang berkeinginan (kuat) untuk melakukan
kebaikan, lalu dia tidak melakukannya, maka ditulislah satu pahala untuknya.
Namun, jika dia melakukannya, maka ditulislah untuknya sepuluh pahala. Dan siapa
yang berkeinginan melakukan perbuatan jahat, lalu dia tidak melakukannya, maka
tidak ditulis ke atasnya apa-apa. Namun, jika dia melakukannya, maka ditulislah
ke atasnya dosa.”
Hikmah yang dapat diambil dalam
perjalanan ISRA’ MIRAJ ini :
- Shalat itu adalah ibadah yang memerlukan
keistiqomahan. Jagalah shalatmu dengan : SHALAT TEPAT WAKTU, TIDAK MENUNDA-NUNDA
SHALAT, KHUSYU, MERASA BUTUH SHALAT, DAN MENYEMPURNAKANNYA DENGAN SHALAT
SUNNAH
- Shalat adalah amalan yang pertama kali dihisab,
selalu maksimalkan waktu shalat yang kita punya.
- Dalam kondisi apapun, tetap harus percaya atas
kuasa Allah. Jangan terlalu bersedih, Allah selalu ada untuk kita J
Komentar
Posting Komentar