Wanita, kita hidup pada jaman....
Tulisan ini
dibuat sebagai bahan perenungan bagi diri saya sendiri dan semoga bisa
memberikan inspirasi bagi teman-teman yang membacanya.
Wanita,
kita hidup di jaman yang penuh bias dalam
memaknai “kecantikan”
Hingga kita pun dibuat bingung untuk
memberi makna “cantik” pada diri kita sendiri.
Kita hidup pada jaman dimana cantik adalah
segala sesuatu yang bisa kita lihat dengan mata..
Sesuatu yang bisa kita nilai dari fisik
semata...
Dan kita pun menjadi korban dari pasar
produk “kecantikan”
yang parameternya telah diciptakan oleh
para pemilik modal.
Saat kecantikan wanita diukur dari
putihnya kulit yang dimiliki, maka saat itu pula produk pemutih kulit laku
keras di pasaran...
Saat kecantikan wanita diukur dari
postur tubuh yang langsing dan sexy, maka setiap wanita berlomba-lomba
mengikuti tips diet yang ditayangkan di media. Rela tidak makan saat badannya
lemas, rela melakukan perawatan disana-sini dengan mengorbankan uang hasil
kerja kerasnya berbulan-bulan...
Saat kecantikan wanita diukur dari
matanya yang tajam, pipinya yang mulus dan merona, hidungnya yang mancung, bibirnya
yang menawan, bulu matanya yang lentik.......aaah coba lihatlah angka penjualan
kosmetik yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya....
Dan kita pun terjebak...
Menyibukkan diri untuk membuat diri
kita menjadi secantik mungkin, sesuai dengan nilai yang diciptakan pasar.
Menghabiskan masa-masa berkarya kita
untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa kita tidak ketinggalan jaman.
Bahwa kita tidak kalah cantik dari
teman-teman kita.
Bahwa baju yang kita pakai selalu
mengikuti trend yang ada...bahwa barang-barang yang kita miliki tidak pernah
ketinggalan jaman...bahwa gadget yang kita punya selalu mengikuti teknologi yang yang terus
bergerak dinamis.
Mari melihat media sosial di sekitar
kita...
Kita selalu bangga memamerkan
kecantikan yang kita miliki ke publik...
Berpose sedemikian rupa hingga kita
akan terlihat lebih cantik.
Kalau kurang cantik, kitapun langsung
panik, dan photo editor lantas menjadi pelarian kita selanjutnya..
Perbincangan wanita di kereta..di
tempat makan...di perbelanjaan...di arisan-arisan...
Tidak jauh dari perbincangan seputar
kutek terbaru, cat rambut, kosmetik anti kerut, anti aging, salon, gadget, baju
baru, style hijab mode kini, diskon besar-besaran di mall.....
Kalaupun bukan seputar kecantikan,
obrolan lainnya adalah membicarakan orang lain...teman yang karirnya melejit
(yang dicurigai ada affair dengan atasan), tetangga sebelah rumah yang habis
beli mobil atau renov rumah (yang dicurigai hasil korupsi), si anu yang tambah
cantik dan ganteng (yang dicurigai sedang operasi plastik)....
Aaaah...tak henti-hentinya kita
terjebak pada obrolan yang tidak ada hubungannya dengan proses kita untuk
membenahi diri...
Bisakah aku sebut bahwa kita ini
korban?
Kita telah menjadi budak-budak yang
terus diracuni pemikirannya oleh iklan-iklan komersial.
Merubah diri kita untuk menjadi menjadi
sosok yang kita harapkan akan disukai oleh semua orang...
Padahal, Bill Cosby menyatakan dengan
tegas “Saya tidak tahu kunci keberhasilan, tetapi saya tahu kunci kegagalan,
yaitu berusaha untuk menyenangkan semua orang”
Sampai kapan kita akan terus menjadi
seperti ini?
Memposisikan peran kita sebagaimana
alur yang telah dicipta sedemikian rupa oleh para pemilik saham..
Aku terdiam, sejenak menengok ke dalam
diriku...
Aku pun sama sepertimu..
Aku korban...
Sampai pada titik ini aku mulai jengah
dengan alur yang ada disekitarku..
Dan aku tergerak menemukan makna
kecantikan yang sebenarnya
Aku melihat sosok-sosok wanita yang
selama ini kita idolakan karena kecantikan fisik yang mereka miliki, dan apa
yang mereka tinggalkan ketika mereka berpulang.
Aku melihat sosok publik figur yang
membuat para lelaki tertegun dan mengagungkan namanya. Lalu aku melihat
perjalanan popularitas mereka beberapa tahun ke depan.
Dan aku hanya menemukan satu jawaban
pasti dari ketidakpastian yang aku temui...
Bahwa tidak ada kecantikan fisik yang
sempurna.
Jika saat ini kita melihat seseorang
yang sangat cantik, esok hari kita akan melihat orang yang lebih cantik,
esoknya lagi akan melihat yang jauh lebih cantik. Sampai kita sendiri tidak
mendapatkan ujung yang mewakili definisi kesempurnaan dalam sebuah
kecantikan...
Bahwa tidak ada kecantikan fisik yang
bersifat kekal.
Jika saat ini kita melihat nenek tua
penuh keriput yang sama sekali tidak menarik saat kita lihat, mungkin kita harus
menengok bagaimana cantiknya mereka saat muda...
Pada akhirnya kita akan menyadari bahwa
kecantikan fisik adalah keniscayaan yang selalu berpacu dengan usia...
Yang akan terkikis seiring dengan sisa
umur kita di dunia..
Aku kembali melayangkan pandang pada
wanita yang namanya akan selalu dikenang..
Hanya untuk mencari alasan mengapa
dunia ini begitu berpihak pada kiprahnya di masa lalu hingga namanya tetap
harum sampai sekarang.
Aku melihat Tjut Nja Dhien...
Tentang betapa luas hati yang ia
miliki, dan betapa besar nyali yang ia perlihatkan.
Disaat ayah dan suaminya tewas dalam
pertempuran, ia segera mengemasi rencong dan senjata sederhananya. Malam itu
juga ia meninggalkan rumah untuk memimpin pasukan dan menggantikan peran
suaminya...
Saat itu usianya sudah lanjut, ia
lumpuh dan buta...
Tapi cintanya pada Bangsa menjadi
pemenang dalam benaknya, mengalahkan segala ketakutan dan kemungkinan terburuk
yang akan ia hadapi...
Aku melihat Hellen Keller.
Ia buta sejak kanak-kanak. Tapi
hidupnya ia habiskan untuk memperjuangkan hak-hak orang yang bernasib sama
sepertinya. Ia berkampanye secara internasional untuk memperbaiki fasilitas umum
para penyandang tuna netra dan tuna rungu di Amerika serikat.
Kalau sekarang kita melihat ada kursi
khusus di transportasi umum, tidakkah kita ingat akan sosoknya yang telah
berjuang membangunkan kesadaran publik atas mereka yang memiliki kebutuhan khusus?
Aku melihat Oprah Winfrey.
Kalau cantik
itu putih, ia hitam. Kalau cantik itu langsing, ia gemuk
Ia tetap cantik
dimataku.
Siapa yang tidak kenal akan sosoknya yang menginspirasi 30 juta pemirsa
Amerika setiap minggunya?. Siaran acaranya di tayangkan di 111 stasiun televisi
yang tersebar di seluruh dunia. Suaranya didengar, tindakannya diperhatikan,...
Dan apa kamu ingat jutaan manusia yang
pergi ke Makah setiap tahunnya?
Mereka menggaungkan asma Tuhan..
Berbondong-bondong untuk mengenang
pengorbanan seorang wanita dibalik kebesaran kiblat Muslim didunia.
Ia adalah Siti Hajar.
Seorang budak berkulit hitam legam tapi
memiliki kedudukan yang amat mulia di mata Tuhannya.
Di tengah gurun yang tiada seorang pun
tinggal disana, yang tiada sedikitpun sumber makanan, bahkan sekadar tempat
untuk berteduh di bawah terik matahari..
Ia tetap berprasangka baik bahwa Tuhan
tidak akan pernah menyia-nyiakannya.
Ia berlari mengitari Bukit Shafa-Marwa
berkali-kali sekadar mendapatkan air yang bisa mengobati dahaga bayi mungilnya
yang terus-terusan menangis.
Hingga Tuhan memberinya kedudukan yang begitu istimewa.
Sekarang
cobalah lihat berapa juta manusia yang mencoba melakukan hal yang sama
dengannya : berlari-lari kecil dari Shafa ke Marwa saat menunaikan ibadah haji…
Aku semakin
terdiam…
Berkaca pada
diriku..
Berkaca pada
peranku….
Dan aku temui perkataan
seorang Muhammad SAW yang diabadikan oleh HR Muslim :
"Sesungguhnya Allah tidak melihat
kepada bentuk, rupa dan harta benda kalian, tetapi Allah memperhatikan hati dan
amal-amal kalian"
Aku pun terdiam…
Mencari tahu
mengapa aku ikut berlomba-lomba menjadi cantik di hadapan manusia, jika urusan
ibadahku menjadi terbengkalai…
Mencari tahu,
apa tujuanku menghabiskan waktuku untuk memperbaiki segala hal tentang fisik yang
aku punya jika amalku tak bertambah sedikitpun setiap hari….
Pantaskah aku
bersanding dengan para wanita yang tampil cantik dihadapan TuhanNya, dan
namanya akan dikenang sepanjang masa…
Ah…
Rasanya aku
harus terus belajar dan berbenah diri
Komentar
Posting Komentar