Aku mungkin bukan orang seromantis
Alizeti saat dia menggoreskan pena-pena saktinya dalam sebuah tulisan yang
penuh bius misteri, tapi dalam kesempatan ini aku ingin menuliskan setiap bait
cinta yang ingin aku nyanyikan dihari bahagiamu, semoga tulisan sederhana tidak
mengurangi apresiasi dan kekagumanku padamu
Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar
bagiku untuk mengenal dan jatuh cinta kepadamu. Aku menyadari bahwa tidak ada
alasan bagiku untuk tidak jatuh cinta pada setiap detail kebaikan yang ada pada
dirimu.
Ibarat bunga, bagiku kau
adalah melati. Bunga melati mengajariku untuk tidak bersikap
sombong dan angkuh. Kita tidak usah mengatakan bagaimana wanginya diri kita.
Karena orang akan mengetahui itu dengan sendirinya.
Melati
tak pernah berdusta dengan apa yang ditampilkannya. Ia tak memiliki warna
dibalik warna putihnya. Ia juga tak pernah menyimpan warna lain dalam berbagai
keadaannya, apapun kondisinya, panas, hujan, terik ataupun badai yang datang ia
tetap putih. Kemanapun dan dimanapun ditemukan, melati selalu putih. Putih,
bersih.
Pada
tangkai ia bersandar, agar tetap meneguhkan kedudukannya, memeluk erat setiap
sayapnya, memberikan kekuatan dalam menjalani kewajibannya, menserikan alam.
Agar kelak, apapun cobaan yang datang, ia dengan sabar dan suka cita merasai,
bahkan menikmatinya sebagai bagian dari cinta dan kasih Sang Pencipta. Bukankah
tak ada cinta tanpa pengorbanan? Adakah kasih sayang tanpa cobaan?
Dan pada akhirnya, pada Sang Pemilik Alam ia meminta, agar dibimbing dan
dilindungi selama ia diberikan kesempatan untuk melakoni setiap perannya. Agar
dalam berperan menjadi putih, tetap diteguhkan pada warna aslinya, tidak
membiarkan apapun merubah warnanya hingga masanya mempertanggungjawabkan semua
waktu, peran, tugas dan tanggungjawabnya. Jika pada masanya ia harus jatuh,
luruh ke tanah, ia tetap sebagai melati, seputih melati. Dan orang memandangnya
juga seperti melati.
Kak,
aku ingat saat dua tahun yang lalu aku memutuskan untuk bergabung denganmu
dalam tim kita. Saat itu kau bertanya kepadaku apa sebenarnya motivasi kamu
bergabung dalam Departemen Kemakmuran Musholla?. Karena aku melihat ekspresimu
selalu datar dan kau terlalu pendiam, aku menjawabnya dengan guyonan dengan
harapan perbincangan kita bisa lebih hidup. “Saya ingin belajar menjadi ibu
rumah tangga yang baik kak. Kan pekerjaan departemen kemakmuran musholla
identik dengan pekerjaan ibu rumah tangga : bersih-bersih musholla, ngepel, nyapu,
ngadain kajian dll”, itu jawaban konyol yang aku utarakan waktu itu. Aku ingin
jujur kak, sebenarnya bukan itu motivasiku.
Jika
kau ingat, beberapa hari sebelumnya ada bocah tengil yang memberi kritik
habis-habisan pada catatan kak gungun tentang keadaan musholla. Bocah tengil
itu mengatakan “menurut saya kondisi musholla di MIPA tidak layak digunakan
untuk beribadah. Jorok dan berantakan. Gerah. Sempit. Berdesak-desan. Memangnya
tidak ada tim khusus yang bertanggungjawab menjaga kemakmuran musholla ya.
Musholla kan rumah Allah, kenapa dibiarkan seperti itu”, begitulah kira-kira
komentar si bocah tengil itu.
Sesaat
setelah memberi komentar pedas itu, si bocah tengil mendapatkan tamparan keras
dari traineer idolanya Arief Munandar yang saat itu membicarakan tentang “People, Transformation, and Contribution”. Kakak tahu apa yang beliau sampaikan?
JIKA
KAMU MERASA ADA SESUATU YANG TIDAK BERES, KAMU HARUS MASUK KE SISTEM DAN
MEMBENAHI KETIDAKBERESAN ITU. JANGAN MENJADI ORANG BRENGSEK YANG CUMA BISA
BERKOMENTAR TANPA MEMBERIKAN PERUBAHAN YANG NYATA. Hahaha...nampol banget kan
kak kata-katanya?.
Sepulang
dari pembinaan, bocah tengil itu pulang ke rumah dan berniat memperbaiki
kesalahan yang barusaja ia lakukan. Ia memutuskan untuk bergabung dengan tim
kemakmuran musholla untuk berusaha melakukan hal-hal konkrit yang bisa ia
lakukan, yang akan lebih terhormat daripada sekadar berkomentar. Bocah tengil
itu adalah aku kak J
Kak,bagiku
kau tidak hanya menjadi koordinator terbaik yang pernah aku temui. Aku sudah
menganggapmu sebagai bagian dari diriku. Kau adalah kakak yang selalu sabar
membimbingku untuk mendapatkan cintaNya yang akan lebih menggairahkan untuk aku
raih.
Saat
pertama kali bertemu denganmu, aku selalu mengatakan kepadamu “Kak, maaf ya aku
belum bisa memakai rok seperti kalian, aku belum bisa memakai jilbab selebar
taplak seperti kakak”. Kau hanya tersenyum penuh kasih sayang seraya menyahut “Perubahan
itu butuh proses, Rose. Kamu bisa belajar dari hal-hal yang kecil dulu.
Bagaimanapun juga Islam sangat menghargai progress, sekecil apapun itu”.
Kau
selalu membuatku bersemangat dengan kata-kata itu kak. Kau bukan type orang
yang suka menjudge, itu yang aku suka darimu. Kau benar-benar berbeda dari yang
lain. Kau mengajarkan Islam kepadaku dengan cinta, bukan dengan penghakiman dan
ancaman.
Kak,
aku selalu merasa nyaman tatkala aku duduk disampingmu karena tiapkali aku
berada disana kau selalu saja melantunkan ayat-ayat suci dengan suaramu yang
begitu aku kagumi. Kau membuatku lebih mencintai Islam melalui Alquran. Kau
yang membuatku terpacu untuk lebih bersemangat dalam menghafal dan memahami
ayat-ayat Alquran. Karena bagimu Alquran adalah sentral dari setiap persoalan
hidup, jadi aku harus berteman dengannya. Agar aku tidak terlalu terseok-seok
saat jatuh. Agar aku tidak berputus asa dari cinta dan rahmat Allah yang begitu
luas.
Keberadaanmu
telah menggoreskan warna pelangi pada putihnya hidupku kak.
Kak, kakaklah
yang selalu menduduki posisi pertama yang menjadi sasaranku untuk mengungkapkan
keluh kesah yang aku rasakan. Kakak selalu menyempatkan waktu untuk menjadi
pendengar yang baik. Meski kakak hanya diam, datar, dan tanpa ekspresi dan hanya sesekali tersenyum, aku selalu menikmati saat-saat itu. Terkadang, memang
bukan solusi yang aku cari. Aku butuh orang yang mau mendengarkanku. Dan Allah
mengirimkanmu untukku.
Dengan
gaya cerewet bin kekanak-kanakan yang aku miliki, aku mendominasi setiap
perbincangan kita. Aku bercerita tentang kekagumanku pada bang Arief, rasa “skeptis
pada aktivis dakwah yang terlalu eksklusif, rasa muak dengan ikhwan-ikhwan yang
sok perhatian dsb. Aku memang tidak mendapat solusi, tapi aku selalu merasa
lebih tenang saat semuanya sudah aku ceritakan kepadamu J
Kak,
terkadang aku menghabiskan beberapa menit waktu yang aku punya untuk
memikirkanmu. Aku selalu ingin tahu siapakah nanti laki-laki beruntung yang
berhasil memilikimu. Bagiku, hanya laki-laki beruntung dengan high quality saja
yang berhak memilikimu. Bagaimana tidak, kau adalah the most wanted woman kak.
Cantik, lembut, baik hati, calon hafidzah, berhati bersih, suka menabung, dan
tidak sombong(kok malah jadi kayak ngiklan). Bahkan, temanku si Alizeti pernah
berkata ia rela menjodohkan kakak dengan seseorang yang Alizeti sukai, hanya
dengan kakak saja ia rela #Eh, hahahaha Alizeti aku masih memegang rahasiamu
XD. Kalau aku bagaimana? aku pun insyaAllah berpikiran yang sama seperti
Alizeti, aku akan rela memberikan orang yang paling aku cintai sekalipun
untukmu. Karena bagiku kau bukan sainganku, kau adalah orang yang pantas
mendapatkan semua yang terbaik....
Kak,
kemarin aku melihatmu sangat cantik dengan gaun putih yang kakak kenakan. Aku
ingin menangis saat aku ingat bahwa sebentar lagi kau akan menggenapkan separuh
agamamu dengan seorang ikhwan yang sudah cukup aku kenal. Aku sangat bersyukur
kau akan berakhir dengannya kak. Bagiku kalian sangat cocok karena kalian
sama-sama aku kenal, jadi kalau nanti aku ngajak kak Eza main-main, kak Luqman
tidak akan melarang kakak untuk bergaul dengan bocah tengil sepertiku*gak
nyambung mode. Saat kak Luqman mengucapkan kalimat ijab, aku semakin teguh
mempertahankan prinsipku bahwa “CINTA ITU ABSTRAK, PERNIKAHANLAH YANG
MEMBUATNYA KONKRIT”
Aku
berjanji untuk menjadi orang yang lebih baik darimu, aku akan berusaha sekuat
tenaga untuk menjaga hatiku agar tidak terkotori dengan sesuatu yang tidak
disukai Allah. Aku berjanji kak.........Bagaimanapun juga, aku akan mengagumimu
seperli layaknya mawar yang mengagumi melati pada setiap detail kebaikan yang
ia miliki. Ana uhibbuki fillah kak Eza
"Selamat menempuh hidup baru yang lebih sempurna. Semoga Allah memberi
berkah kepadamu dan atasmu serta mengumpulkan kamu berdua dalam kebaikan."
Ah, itulah bedanya
engkau, Luq. Kau dapati kebaikan pada diriku, lalu kau berdoa agar aku segera
dipertemukan dengan pasangan hidup terbaikku. Sedang aku, mendapati kebaikan
pada dirimu, lalu aku berdoa, "Ya Allah, aku 'minta' yang itu..."
;)
Tapi semoga memang inilah pengabulan Allah atas
doa masing-masing kita. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shalihat..(Pesan
Kak Eza kepada Kak Luqman)
masyaAllah semoga kedua pasangan ini selalu di ridhoi Allah dalam setiap perjalanan cintanya. Amin :)
BalasHapusAamiin....:)
BalasHapusini siapa? hehe